Oleh : Emy Hajar Abra (twitter : @emyhajarabra)
Satu meja dengan
dikelilingi beberapa kursi dengan posisi letak pas sekali dibagian depan,
rupanya meja dan kursi yang sepaket tersebut teruntuk pada PKS.
Ada yang bilang seharusnya
PKS berterimakasih karena diberi dua-kali kesempatan di ILC?? Berterimakasih sendiri
adalah arah kata yang menunjukkan “keuntungan”, lantas siapa sebenarnya yang
mendapat keuntungan atas kesempatan kedua tersebut?, media atau oknum lainnya,
karena kalau PKS, maka PKS menjawabnya dengan ketidakhadirannya.
ILC dihadiri oleh beberapa
orang yang getol menyuarakan pembubaran PKS yakni ICW. ada juga johan budi yang
dalam ILC sebelumnya sibuk meminum air dan beberapa kalangan yang sudah sangat
jelas arah opini yang akan dibangun mereka, hanya menjadi debat tak berarah
jika PKS hadiri acara tersebut.
Karni dalam mukadimahnya
mengatakan bahwa, pemimpin PKS mengintruksikan agar kadernya tidak menghadiri
acara tersebut.
Menurut hemat penulis itu
adalah hal yang sangat tepat dan cerdas.
Ketepatan dan kecerdasan
tersebut ditunjukkan dengan memberi peluang,waktu dan kesempatan yang lebih
luas kepada para pihak yang hanya bisa mengumbar opini dan juga yang tidak
tersampaikannya misi yang mereka bangun.
Sayangnya masyarakat tidak
melihat kearah tersebut. Namun, adakalanya memang diam dan
menunjukkan kearah yang lebih real adalah jauh lebih tepat seperti yang
ditunjukkan sekarang ini,yakni PKS absen dalam acara ILC.
Sebenarnya pemberitaan dan
apa yang sudah dipaparkan dalam persidangan bisa difahami bahwa PKS tidaklah
berada dalam kasus tersebut secara partai.
Permintaan maaf oleh
Fathonah sebenarnya itu bisa menjadi pembuka fakta awal, sayangnya banyak pihak
yang tidak menerima jika jalan cerita yang sedang dimainkan berakhir demikian,
sehingga diteruskanlah cerita seterusnya, walau terkesan “mekso”(maksa).
Kini dimainkanlah
cerita-cerita lainnya…hampir semua pengurus pusat dibawa dijadikan saksi, biar
kesannya “kena’” bangetlah PKS ini.
Seringkali dalam berbagai
tulisan kita menemukan kalimat bertuliskan “melawan lupa”, sayangnya kita
bukannya melawan lupa, tapi pura-pura lupa. kemana kasus hambalang dan lainnya
yang tak perlu di tulisa satu persatu tersebut? (melawan lupa). Padahal untuk
kasus lainnya memanggil satu orang menjadi saksi saja susahnya amit-amit.
kebenaran itu bukan pada; hadir atau tidak di media kok ………. :)
0 comments:
Posting Komentar