Jum’at ini ada fenomena yang aneh telah digelontorkan 2 channel TV
kehadapan publik. Metro TV dan TV One, 2 channel ini secara nyata telah
melakukan upaya penyembunyian fakta dan kebenaran dihadapan publik.
Terang saja, kesaksian Ahmad Fathanah di persidangan TIPIKOR yang
diselenggarakan pada Jum’at (17 Maret 12) ini, secara tidak langsung
telah merontokkan dan menjungkirbalikkan opini yang berkembang. Merasa
dipermalukan akhirnya 2 channel TV ini menghentikan siaran langsung
(live) terhadap kesaksian Ahmad Fathanah di persidangan tersebut.
Merasa diperrmalukan 2 Channel ini pun mencoba memblunder opini publik dengan pemenggalan informasi persidangan yang disampaikan sepotong-potong. Padahal kalau saja 2 media TV ini mau jujur menyampaikan kebenaran tanpa intervensi dari pihak manapun, maka fakta bahwa kasus suap kuota sapi impor ini sama sekali tak ada hubungannya dengan LHI dan PKS tidak akan ditutup-tutupi. Sebagaimana kesaksian AF di persidangan tersebut yang menyatakan bahwa:
Merasa diperrmalukan 2 Channel ini pun mencoba memblunder opini publik dengan pemenggalan informasi persidangan yang disampaikan sepotong-potong. Padahal kalau saja 2 media TV ini mau jujur menyampaikan kebenaran tanpa intervensi dari pihak manapun, maka fakta bahwa kasus suap kuota sapi impor ini sama sekali tak ada hubungannya dengan LHI dan PKS tidak akan ditutup-tutupi. Sebagaimana kesaksian AF di persidangan tersebut yang menyatakan bahwa:
“Soal dana dari Indoguna utk PKS itu,hanya wacana saya dgn Bu Elda dan Maria saja. Nggak sampai ke PKS (dananya), Setiap saya sodorkan dana dari Indoguna, LHI selalu mengacuhkannya hingga akhirnya uang itu saya bawa dan gunakan sendiri. "
Hal ini senada dengan pernyataan Koordinator Indonesian Crime Analyst
Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya. Menurutnya ada indikasi politisasi
dan kriminalisasi terhadap PKS dan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan
Ishaaq. Namun dalam persidangan hari ini, cukup jelas. Kasus ini, tak
ada hubungannya dengan PKS ataupun LHI. Skornya 1-0 untuk keunggulan
PKS.
Tak hanya itu Mustofa juga menjelaskan fakta hukum yang terjadi dalam persidangan. Diantaranya keterangan Fathanah yang mengaku bukan kader PKS dan berprofesi sebagai makelar proyek. Demikian pula pengakuan Maharani Suciono tentang asal muasal uang sebesar Rp10 juta. ‘’Semuanya membantah tudingan miring terhadap LHI. Yang sempat diisukan berada sekamar dengan Maharani. Demikian pula transkrip pembicaraan LHI dengan Fathanah, tidak ada yang mengarah kepada uang suap Rp 1 miliar,’’ terangnya.
Tapi sayangnya fakta hukum ini bertolak belakang dari apa yang
diberitakan oleh Metro TV dan TV One. Wajar saja jika hari ini penulis
kembali mempertanyakan integritas dan 2 channel TV ini, masihkah bersifat
independen atau telah diintervensi oleh si pemilik modal??? untuk
kepentingan politik menjelang pemilu 2014.
Saya sangat setuju dengan pernyataan mantan Presiden RI B. J. Habibie yang menyatakan "Kalau ada orang yang mencalonkan diri menjadi pemimpin partai dan mempengaruhi semua media untuk mendukungnya, ini bahaya," kata Habibie dalam acara bertajuk 'Serial I Dialog Demokrasi dan Peradaban Internasional' di Jakarta, Kamis (11/4) malam. Secara tidak langsung pernyataan Habibie ini menyentil sejumlah pemilik jaringan pers di Indonesia
Sejak stasiun TV dianggap sebagai instrument pusat kontrol massa,
muncullah gagasan bahwa ketika Negara mencapai tingkat industrialisasi,
maka pada saat itu pula, Negara itu sendiri menjadi milik orang yang
mengendalikan komunikasi. Artinya berita atau informasi yang digulirkan
ke publik akan disampaikan sesuai dengan keinginan pemilik media
tersebut, dan disinilah fitnah dan kebenaran susah untuk dibedakan.
Kepada masyarakat saya harapkan mampu bersikap jeli dalam menyaring berita yang di gulirkan oleh setiap media massa. Tabayyunlah terlebih dahulu jangan langsung mencernanya bulat-bulat hingga akhirnya termakan propaganda media, yang jelas hanya akan menimbulkan sikap stereotip masyarakat yang cenderung negatif, terhadap pihak tertentu yang belum tentu bersalah. Jadilah konsumen media yang tercerdaskan oleh informasi yang digulirkan dihadapan publik bukan malah sebaliknya. Kepada Metro TV dan TV One hanya ingin bertanya “Dimanakah integritasmu sebagai media penyampai kebenaran??? Tergadaikah atau sengaja bungkam untuk kepentingan kelompok tertentu???. Mohon jangan memplintirkan fakta dan mendistorsikan kebenaran. Jujurlah karena JUJUR ITU HEBAT. Jujurlah walau JUJUR ITU BERAT.
Kepada masyarakat saya harapkan mampu bersikap jeli dalam menyaring berita yang di gulirkan oleh setiap media massa. Tabayyunlah terlebih dahulu jangan langsung mencernanya bulat-bulat hingga akhirnya termakan propaganda media, yang jelas hanya akan menimbulkan sikap stereotip masyarakat yang cenderung negatif, terhadap pihak tertentu yang belum tentu bersalah. Jadilah konsumen media yang tercerdaskan oleh informasi yang digulirkan dihadapan publik bukan malah sebaliknya. Kepada Metro TV dan TV One hanya ingin bertanya “Dimanakah integritasmu sebagai media penyampai kebenaran??? Tergadaikah atau sengaja bungkam untuk kepentingan kelompok tertentu???. Mohon jangan memplintirkan fakta dan mendistorsikan kebenaran. Jujurlah karena JUJUR ITU HEBAT. Jujurlah walau JUJUR ITU BERAT.
Oleh : Arni Susanti S.Si
0 comments:
Posting Komentar