Tinggi muka air laut secara bertahap
meninggi, hingga pada sekitar pukul 9.00 wita terjangan air laut masuk
ke dalam areal pelabuhan. Akibatnya, aktifitas bongkar muat pada dermaga
pelabuhan terganggu. Sejumlah kapal dagang yang telah lama lego jangkar
pun tak bisa menaikkan dan menurunkan muatan.
Tak hanya itu, aktifitas pelayanan
penumpang pada dermaga perahu bermotor tujuan Kecamatan Donggo dan
Soromandi pun terimbas banjir rob. Untuk sampai ke atas boat, para
penumpang tujuan Desa Bajo, Sai dan Sampungu itu harus rela
berbasah-basahan karena melewati genangan air.
Febi, salah seorang pedagang kaki lima
di dalam area pelabuhan mengaku, hampir setiap tahun dirinya mendapati
fenomena cuaca ini terjadi. Bahkan menurutnya, dalam satu tahun bisa
banjir rob bisa saja datang sampai tiga kali. “Biasanya terjadi pada
siang hari, air laut masuk dan beberapa jam kemudian surut meninggalkan
lumpur,” tukasnya.
Sebagai orang yang menggantungkan
nafkahnya pada ramainya pengunjung pelabuhan, hal ini tentunya berimbas
pada kerugiannya. Karena menurutnya, saat banjir datang biasanya para
penumpang perahu yang hendak menyeberang tidak lagi memikirkan untuk
membeli barang dagangannya. “Rugi pak. Karena basah, pembeli lebih
memilih untuk lekas meninggalkan pelabuhan. Kami juga tidak bisa
berkeliling untuk jualan,” tukas Febi.
0 comments:
Posting Komentar